Hujan menggigil di luar jendela Ruang Tahta, persis seperti hatiku. Dulu, di ruangan megah ini, janji-janji diukir, terpatri dalam senyum d...

Cerpen Keren: Janji Itu Tertinggal Di Ruang Tahta, Bersama Bayangan Kita Yang Tak Pernah Pulang Cerpen Keren: Janji Itu Tertinggal Di Ruang Tahta, Bersama Bayangan Kita Yang Tak Pernah Pulang

Cerpen Keren: Janji Itu Tertinggal Di Ruang Tahta, Bersama Bayangan Kita Yang Tak Pernah Pulang

Cerpen Keren: Janji Itu Tertinggal Di Ruang Tahta, Bersama Bayangan Kita Yang Tak Pernah Pulang

Hujan menggigil di luar jendela Ruang Tahta, persis seperti hatiku. Dulu, di ruangan megah ini, janji-janji diukir, terpatri dalam senyum dan tatap mata yang terlalu percaya. Dulu, tanganmu menggamit tanganku, hangat dan pasti, saat kita berjanji akan mengubah dunia, bersama.

Sekarang, hanya aku yang berdiri di sini. Hujan membasahi sutra merah yang dulu kita pilih bersama. Cahaya lentera di sudut ruangan meredup, nyaris padam, seperti harapan yang kupegang erat.

Lihatlah, bayangan kita. Patah dan terpisah, menari-nari di dinding, mengejekku dengan kenangan yang begitu indah, begitu menyakitkan. Kau ingat, Li Wei? Malam bulan purnama saat kau berjanji akan selalu melindungiku? Kau ingat ciuman pertama kita di bawah pohon plum yang sedang mekar?

Kau memilih tahta, Li Wei. Kau memilih kekuasaan. Kau memilih dia.

Setiap malam, aku menatap bayanganmu, mencoba mencari sisa-sisa cinta yang dulu kurasakan. Tapi yang kutemukan hanya pengkhianatan. Pengkhianatan yang dingin dan menusuk, seperti pisau yang kau tancapkan tepat di jantungku.

Aku membiarkanmu mengambil segalanya. Kerajaanku. Cintaku. Harga diriku. Aku membiarkanmu melihatku merana, mengira aku lemah dan tak berdaya.

Kau salah.

Bertahun-tahun aku menahan rasa sakit ini, membiarkannya mengakar dalam jiwaku. Bertahun-tahun aku menyusun rencana, merajut setiap benang, setiap langkah, dengan kesabaran seorang pembunuh.

Hujan semakin deras. Bayangan di dinding semakin kelam. Di balik senyum palsuku, di balik mata yang selalu menunduk, aku membangun kerajaan baru. Kerajaan yang dibangun di atas abu cintamu.

Kau pikir kau akan bebas, Li Wei? Kau pikir kau akan menikmati tahta yang kau rebut dengan darah dan air mata?

Tidak.

Aku telah menanam benih kehancuranmu. Aku telah meracuni sumber airmu. Aku telah memanipulasi setiap orang di sekitarmu, menjadikan mereka pion dalam permainan mautku.

Kau akan melihat kerajaanku runtuh, Li Wei. Kau akan merasakan sakit yang berlipat ganda dari yang kurasakan. Kau akan kehilangan segalanya, seperti aku dulu.

Dan saat itu tiba, saat kau berlutut di hadapanku, memohon ampun...

…Kau baru akan menyadari bahwa "dia" yang kau pilih, sebenarnya adalah aku yang menyamar selama ini.

You Might Also Like: Mimpi Memberi Makan Kucing Menurut

0 Comments: