Mahkota yang Jatuh Bersama Nama Babak I: Bunga Persik di Lembah Kabut Aroma bunga persik selalu membuat Lan Xi merasa aneh . Bukan benci,...

Cerita Seru: Mahkota Yang Jatuh Bersama Nama Cerita Seru: Mahkota Yang Jatuh Bersama Nama

Cerita Seru: Mahkota Yang Jatuh Bersama Nama

Cerita Seru: Mahkota Yang Jatuh Bersama Nama

Mahkota yang Jatuh Bersama Nama

Babak I: Bunga Persik di Lembah Kabut

Aroma bunga persik selalu membuat Lan Xi merasa aneh. Bukan benci, juga bukan cinta. Lebih seperti gema sebuah kenangan yang terlalu jauh untuk diraih. Ia, seorang gadis desa sederhana, terlahir di lembah yang diselimuti kabut abadi, tiba-tiba merasa memiliki kedekatan dengan aroma yang seharusnya asing baginya.

Seratus tahun lalu, di tempat yang sama, berdiri megah sebuah istana. Di sanalah, Putri Meilin, pewaris tahta Dinasti Zhao, dijebak dan dikhianati oleh kekasihnya sendiri, Jenderal Wei. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Putri Meilin bersumpah: "Jiwa kita akan bertemu kembali. Dan kau, Wei, akan membayar semua dosa!"

Lan Xi tidak tahu tentang kutukan itu. Ia hanya tahu bahwa mimpi-mimpinya dipenuhi bayangan seorang wanita bergaun sutra merah, dengan tatapan pedih yang menusuk.

Suatu hari, datanglah seorang pemuda bernama Wei Feng ke lembah itu. Wei Feng adalah putra seorang pejabat tinggi di ibukota. Ia tampan, berwibawa, dan memiliki aura yang membuat Lan Xi merasa… tertarik sekaligus takut. Suaranya, ya Tuhan! Suara itu… Ia merasa mengenalnya dari jauh sebelum ia dilahirkan.

"Namamu Lan Xi?" tanya Wei Feng, senyum tipis menghiasi bibirnya.

Lan Xi mengangguk, terpesona.

Babak II: Gema Masa Lalu

Wei Feng tinggal di lembah itu selama beberapa bulan. Ia membantu Lan Xi dengan pekerjaannya, mengajarinya membaca, dan membawakan bunga persik setiap pagi. Mereka menjadi dekat, terlalu dekat. Lan Xi mulai jatuh cinta pada Wei Feng, tanpa menyadari bahwa ia sedang mengulangi sebuah pola yang sudah ditulis dalam sejarah.

Namun, di saat yang sama, Lan Xi mulai menemukan petunjuk-petunjuk aneh. Sebuah kotak musik kuno yang tersembunyi di loteng rumahnya, lukisan seorang putri dengan wajah yang sangat mirip dengannya, dan mimpi-mimpi yang semakin jelas tentang pengkhianatan dan kematian.

Suatu malam, di bawah sinar rembulan, Wei Feng mengungkapkan identitas aslinya. Ia adalah reinkarnasi dari Jenderal Wei. Ia datang ke lembah itu untuk mencari Mahkota Phoenix, pusaka Dinasti Zhao yang hilang, yang dipercaya tersembunyi di sana.

"Aku harus menebus dosaku, Lan Xi," kata Wei Feng dengan suara penuh penyesalan. "Aku harus menemukan mahkota itu dan mengembalikannya ke dinasti."

Lan Xi terkejut. Hatinya hancur. Ia merasa dikhianati, lagi. Tapi kali ini, ia tidak merasakan amarah. Ia hanya merasakan kesedihan yang mendalam.

Babak III: Kebenaran yang Pahit

Lan Xi, atau lebih tepatnya, Putri Meilin dalam reinkarnasinya, tahu di mana mahkota itu tersembunyi. Mahkota itu tidak tersembunyi di tempat yang rumit, melainkan di dalam hatinya sendiri. Mahkota Phoenix bukan sekadar benda mati, melainkan simbol kekuatan dan keadilan.

Ia membawa Wei Feng ke sebuah kuil tua di puncak gunung. Di sana, ia menunjukkan sebuah cermin kuno.

"Lihatlah, Wei Feng," kata Lan Xi dengan suara tenang. "Lihatlah dosamu sendiri."

Wei Feng menatap cermin itu. Ia tidak melihat bayangannya sendiri, melainkan bayangan Jenderal Wei, penuh keserakahan dan ambisi. Ia berteriak dalam kepedihan.

Lan Xi mengambil Mahkota Phoenix dari balik jubahnya. Mahkota itu bersinar terang, memancarkan aura keadilan.

"Kau ingin menebus dosamu, Wei Feng?" tanya Lan Xi. "Maka lakukanlah dengan cara yang benar. Bukan dengan mencari mahkota, tapi dengan mengakui kesalahanmu dan menerima konsekuensinya."

Lan Xi meletakkan Mahkota Phoenix di kaki Wei Feng. Kemudian, ia berbalik dan pergi, meninggalkan Wei Feng yang terisak di kuil itu.

Babak IV: Keheningan dan Pengampunan

Wei Feng menyerahkan diri ke pengadilan. Ia mengakui semua dosanya di masa lalu, termasuk pengkhianatan terhadap Putri Meilin. Ia dijatuhi hukuman mati. Namun, sebelum hukuman dilaksanakan, Lan Xi datang menemuinya.

Ia tidak membawa kemarahan atau dendam. Ia hanya membawa keheningan. Ia menatap Wei Feng dengan tatapan penuh kasih, seolah-olah ia sedang melihat seorang anak kecil yang tersesat.

"Aku memaafkanmu, Wei Feng," kata Lan Xi dengan suara lembut. "Bukan karena kau pantas dimaafkan, tapi karena aku tidak ingin terikat lagi dengan masa lalu."

Wei Feng meneteskan air mata. Ia tahu bahwa pengampunan Lan Xi jauh lebih menyakitkan daripada hukuman mati.

Setelah kematian Wei Feng, Lan Xi kembali ke lembahnya. Ia hidup damai, dikelilingi oleh bunga persik yang bersemi setiap musim semi. Ia tidak pernah melupakan masa lalunya, tapi ia juga tidak membiarkan masa lalu itu mengendalikan hidupnya.

Ia tahu bahwa takdir itu nyata, tetapi pilihan ada di tangan manusia. Ia memilih untuk memaafkan, bukan untuk membalas dendam. Ia memilih untuk hidup, bukan untuk terperangkap dalam lingkaran kebencian.

Di suatu malam yang sunyi, saat angin berbisik di antara pepohonan persik, Lan Xi mendengar sebuah suara samar. Suara itu terdengar seperti gema dari kehidupan sebelumnya: "Kita… akan… bertemu… lagi…".

You Might Also Like: Diskon Skincare Lokal Berkualitas

0 Comments: