Langit yang Kembali Berwarna Ungu
Udara Kota Jinghua malam itu beraroma melati dan pengkhianatan. Dua aroma yang sangat familiar bagi Mei Lan dan Yun Jin. Mereka tumbuh bersama di siheyuan kumuh itu, berbagi mimpi di bawah langit kelabu yang seringkali terasa menindas. Mei Lan, si bungsu dengan mata setajam pisau belati, selalu menjadi pelindung Yun Jin, sang kakak yang rapuh namun memiliki senyum semanis madu.
"Yun Jin, bintang-bintang malam ini pucat. Apa kau melihatnya juga?" bisik Mei Lan, suaranya bagai sutra namun menyimpan bara api.
Yun Jin tertawa pelan, suaranya bagai lonceng kristal yang pecah. "Mungkin karena langit menyimpan terlalu banyak rahasia, Mei Lan. Rahasia yang lebih gelap dari malam itu sendiri."
Mereka adalah saudara seperguruan di Sekte Anggrek Ungu, sebuah sekte yang dikenal akan keahlian bela diri mematikan dan kesetiaannya yang abadi. Namun, kesetiaan itu hanyalah ilusi. Yun Jin, dengan bakat alaminya, digadang-gadang menjadi penerus pemimpin sekte. Mei Lan, meskipun lebih unggul dalam pertarungan, hanya dipandang sebagai bayang-bayang sang kakak.
"Kau tahu, Mei Lan," kata Yun Jin suatu hari, senyumnya tidak mencapai matanya. "Aku selalu iri padamu. Kau memiliki semua yang kuinginkan: kekuatan, keberanian… bahkan tatapan Tuan Fang."
Mei Lan tersenyum sinis. "Iri? Atau kau takut aku akan merebut semua yang menjadi milikmu, Yun Jin? Warisanmu? Cintamu?"
Permainan pisau dimulai. Setiap kata adalah ancaman yang terselubung, setiap senyum adalah topeng yang menyembunyikan niat jahat. Mei Lan mulai mencurigai Yun Jin menyembunyikan sesuatu, sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar ambisi pribadi. Dia mulai menyelidiki masa lalu Yun Jin, menggali kebenaran yang terkubur dalam-dalam di bawah lapisan kebohongan dan manipulasi.
Dan kebenaran itu MENGERIKAN.
Yun Jin bukanlah anak yatim piatu yang diselamatkan oleh pemimpin sekte seperti yang selama ini dipercayai. Dia adalah anak haram dari selir kaisar yang dibuang, ditugaskan untuk menyusup ke Sekte Anggrek Ungu dan menghancurkannya dari dalam. Mei Lan, di sisi lain, adalah putri kandung dari pemimpin sekte sebelumnya, yang dibesarkan sebagai orang biasa untuk melindunginya dari intrik politik.
Siapa yang mengkhianati siapa? Pertanyaan itu menggema di benak Mei Lan, menghancurkan setiap fondasi kepercayaannya. Yun Jin, saudara, teman, KELUARGA-nya, ternyata adalah bidak dalam permainan yang jauh lebih besar dan kejam.
Balas dendam adalah satu-satunya pilihan.
Di malam bulan purnama, di tengah reruntuhan Sekte Anggrek Ungu yang terbakar, Mei Lan menghadapi Yun Jin. Pertarungan mereka adalah tarian kematian yang indah dan mengerikan, kilatan pedang di bawah cahaya bulan, derai air mata yang bercampur dengan darah.
"Kau… kau tahu segalanya?" desah Yun Jin, darah menetes dari sudut bibirnya.
Mei Lan mengangguk. "Ya. Dan sekarang, kau harus membayar harga untuk pengkhianatanmu."
Dengan satu gerakan cepat, Mei Lan menikam Yun Jin. Bukan untuk membunuh, tapi untuk melumpuhkannya. Biarkan dia hidup dengan penyesalan, dengan beban pengkhianatan yang tak terampuni.
Saat Yun Jin terhuyung mundur, matanya bertemu dengan mata Mei Lan. Ada kesedihan yang mendalam di sana, penyesalan yang tulus.
"Aku… aku tidak punya pilihan, Mei Lan. Mereka mengancam… mereka mengancammu."
Mei Lan terdiam. Kata-kata itu bagai tusukan terakhir, mengoyak hatinya yang terluka. Yun Jin melakukan semua ini… untuk melindunginya?
Namun, sudah terlambat. Terlalu banyak darah telah tertumpah, terlalu banyak kebohongan telah diucapkan. Langit malam itu, yang tadinya kelabu, kini mulai diwarnai ungu, warna kematian dan pengkhianatan.
Yun Jin jatuh berlutut, matanya kosong. "Maafkan aku… aku hanya ingin KAU selamat…"
Mei Lan menatap mayat Yun Jin, hatinya hancur berkeping-keping. Kebenaran telah terungkap, namun kebahagiaan tidak mungkin ditemukan.
Mungkin… mungkin di kehidupan selanjutnya, kita bisa menjadi saudara yang sesungguhnya.
You Might Also Like: 20 Inspirasi Pelembab Skin Barrier
0 Comments: