Tangisan yang Mengguncang Takdir
Di tengah hamparan kebun persik yang bermekaran, Lin Yue, seorang gadis desa biasa, seringkali dihantui mimpi aneh. Bukan mimpi indah, melainkan serpihan ingatan yang terasa begitu nyata: jubah sutra berwarna darah, tusuk konde phoenix yang patah, dan tatapan mata yang menusuk di malam bersalju. Ia tidak mengerti. Ia hanya Lin Yue, bukan putri bangsawan, bukan ahli bela diri, bukan pula… wanita yang dikhianati.
Setiap kali mimpi itu datang, tangisnya akan menggema, bukan tangis biasa, melainkan tangis yang MENGGUNCANG keheningan desa. Konon, tangisan itu mampu membuat bunga persik layu dan burung-burung beterbangan ketakutan. Orang-orang berbisik, "Ia dikutuk."
Namun, di tengah cemoohan, seorang tabib tua bernama Wei Yan melihat sesuatu yang berbeda. Ia tahu Lin Yue memiliki takdir yang tersembunyi. Ia melihat sisa-sisa aura kuat yang tertinggal dari kehidupan lampau.
Wei Yan memberikan Lin Yue ramuan khusus yang terbuat dari akar teratai dan embun pagi. Secara perlahan, kepingan ingatan mulai menyatu. Lin Yue ingat namanya yang dulu: Mei Lan, putri mahkota Kerajaan Bulan Purnama. Ia ingat janjinya pada Kekasihnya, Pangeran Zhi, untuk memimpin kerajaan bersama. Ia juga ingat… pengkhianatan kejam Zhi yang bersekongkol dengan musuh demi tahta.
Rasa sakit menusuk jantungnya. Dendam membara, namun jauh di lubuk hatinya, Lin Yue menyadari, balas dendam dengan pedang hanya akan melahirkan lingkaran kebinasaan.
Suatu hari, seorang pedagang kaya datang ke desa. Ia menawarkan Lin Yue posisi sebagai juru tulis di istananya. Lin Yue tahu, ini bukan kebetulan. Pedagang itu adalah keturunan dari penasihat setia Pangeran Zhi di kehidupan lampau. Pangeran Zhi… kini Kaisar Zhi… mengirimkan mata-matanya.
Lin Yue menerima tawaran itu. Ia menjadi juru tulis yang cakap, dipercaya oleh sang pedagang. Ia belajar tentang politik, intrik istana, dan kelemahan Kaisar Zhi. Ia tidak menggunakan pedang. Ia menggunakan pikirannya.
Ketika Kaisar Zhi mengeluarkan dekrit yang menindas rakyat kecil, Lin Yue menggunakan pengetahuannya untuk memanipulasi informasi, menyebarkan kebenaran di balik propaganda kaisar. Ia membangkitkan semangat perlawanan tanpa mengangkat satu jari pun.
Tanpa disadarinya, Kaisar Zhi perlahan kehilangan kekuasaannya. Kepercayaan rakyat lenyap. Istana dilanda intrik. Kesehatan kaisar memburuk.
Lin Yue, yang dulu Putri Mei Lan, menyaksikan semuanya dari kejauhan. Ia tidak tersenyum. Ia tidak menangis. Ia hanya… menerima.
Pada akhirnya, Kaisar Zhi turun tahta, digantikan oleh keponakannya yang bijaksana dan adil. Lin Yue kembali ke desanya, ke kebun persiknya. Ia tidak membalas dendam, ia hanya mengkoreksi takdir.
Saat senja menyelimuti kebun persik, Lin Yue menatap langit. Ia berbisik, "Aku menunggumu, di sisi sungai abadi…"
You Might Also Like: 171 What Is Definition Of Art Cool
0 Comments: