Aku Bersembunyi di Balik Jas Mahal, Tapi Kau Melihat Hatiku yang Hancur (Babak 1: Pertemuan yang Terukir di Bawah Bunga Wisteria) Hujan g...

Seru Sih Ini! Aku Bersembunyi Di Balik Jas Mahal, Tapi Kau Melihat Hatiku Yang Hancur Seru Sih Ini! Aku Bersembunyi Di Balik Jas Mahal, Tapi Kau Melihat Hatiku Yang Hancur

Seru Sih Ini! Aku Bersembunyi Di Balik Jas Mahal, Tapi Kau Melihat Hatiku Yang Hancur

Seru Sih Ini! Aku Bersembunyi Di Balik Jas Mahal, Tapi Kau Melihat Hatiku Yang Hancur

Aku Bersembunyi di Balik Jas Mahal, Tapi Kau Melihat Hatiku yang Hancur

(Babak 1: Pertemuan yang Terukir di Bawah Bunga Wisteria)

Hujan gerimis membasahi kota Shanghai. Di antara gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, berdiri seorang pria bernama ZHOU MINGYU. Jas mahal Brioni membungkus tubuhnya, menyembunyikan kerapuhan di balik ketegasan rahangnya. Sorot matanya dingin, sedalam danau beku di musim dingin.

Seratus tahun lalu, ia adalah Li Wei, seorang pelukis muda yang jatuh cinta pada seorang putri bernama Meilin. Cinta mereka terlarang, dihancurkan oleh intrik istana dan pengkhianatan yang menyayat hati. Meilin difitnah, dituduh berkhianat, dan dieksekusi di depan mata Li Wei. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Meilin bersumpah: "Kita akan bertemu lagi, Li Wei. Di kehidupan selanjutnya, aku akan menemukanmu… dan kau akan membalaskan dendamku."

Mingyu tidak percaya pada reinkarnasi, sampai ia melihatnya.

Di tengah kerumunan orang yang lalu lalang, matanya tertumbuk pada seorang wanita. LIN XIUYING. Seorang desainer muda dengan senyum sehangat matahari musim semi. Sebuah senyum yang FAMILIAR. Bunga wisteria di taman tempat mereka pertama kali bertemu seratus tahun lalu seperti bermekaran kembali di dalam hatinya.

"Maaf, apa kita pernah bertemu?" tanya Xiu Ying, suaranya seperti lonceng perak yang berdering di telinganya.

Mingyu terdiam. Ia hanya bisa menatapnya, tenggelam dalam lautan nostalgia yang tak terduga. "Suaranya... itu suara Meilin."

(Babak 2: Bisikan Masa Lalu)

Mingyu terobsesi. Ia mengikuti Xiu Ying, mengawasinya dari jauh. Ia melihat kebaikan hatinya, semangatnya, dan lukanya yang tersembunyi. Ia melihat Meilin di dalam dirinya.

Setiap malam, ia bermimpi. Potongan-potongan ingatan masa lalu menghantuinya: lukisan Meilin, senyumnya, pengkhianatan, dan jeritannya saat dieksekusi. Kebencian membara di dalam dadanya, tapi ada sesuatu yang menahannya. Xiu Ying, reinkarnasi Meilin, tidak mengingat apa pun. Ia hidup dengan polos, tanpa beban masa lalu.

Ia menemukan buku harian kuno di sebuah toko barang antik. Buku itu milik Li Wei. Di dalamnya, tertulis segala penderitaan, cintanya pada Meilin, dan sumpahnya untuk membalas dendam. Di halaman terakhir, tertulis sebuah kalimat: "Dendam hanya akan melahirkan penderitaan baru. Lebih baik memaafkan dan melepaskan."

(Babak 3: Kebenaran yang Terungkap)

Mingyu mulai menyelidiki masa lalu. Ia menemukan bahwa fitnah terhadap Meilin diatur oleh CHENG WEI, seorang jenderal yang menginginkan kekuasaan dan mencintai Meilin secara obsesif. Cheng Wei telah meninggal seratus tahun lalu, tetapi keturunannya masih berkuasa di Shanghai.

Putra Cheng Wei, CHENG YIFAN, adalah saingan bisnis Mingyu. Yifan tampan, kaya, dan ambisius, tapi juga licik dan kejam. Mingyu tahu, Yifan adalah pewaris dosa masa lalu.

Pada sebuah malam gala, Mingyu mengumpulkan semua bukti pengkhianatan Cheng Wei dan mengungkapnya di depan semua orang. Yifan membantah, tapi bukti-bukti itu tak terbantahkan. Keluarga Cheng jatuh dari kekuasaan. Yifan kehilangan segalanya.

(Babak 4: Keheningan dan Pengampunan)

Mingyu berdiri di hadapan Yifan. Yifan berlutut, memohon ampunan. Ia menyadari, balas dendam tidak akan mengembalikan Meilin. Balas dendam tidak akan menghapus rasa sakit.

Mingyu hanya menatapnya dengan tatapan dingin. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia berbalik dan pergi, meninggalkan Yifan dalam kehancurannya. Kebenciannya telah lenyap, digantikan oleh rasa hampa dan pengampunan.

Ia menemukan Xiu Ying di taman wisteria. Mereka duduk bersama, dalam keheningan yang nyaman.

"Mingyu, apa yang terjadi?" tanya Xiu Ying, suaranya khawatir.

Mingyu tersenyum tipis. "Tidak ada apa-apa, Xiu Ying. Semuanya sudah berakhir."

Ia menggenggam tangannya. "Aku hanya ingin kau tahu… kau aman bersamaku."

Xiu Ying menatapnya, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu."

(Epilog)

Mingyu menghilang. Ia meninggalkan Shanghai, meninggalkan bisnisnya, meninggalkan semuanya. Ia tidak ingin terjebak dalam rantai reinkarnasi dan dendam. Ia ingin membebaskan dirinya dan Meilin.

Beberapa tahun kemudian, Xiu Ying menemukan sebuah lukisan di galeri seni kecil di Paris. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita cantik dengan gaun merah, berdiri di bawah pohon wisteria. Di bagian bawah lukisan, tertulis sebuah kalimat dengan huruf kaligrafi yang indah:

"Ingatlah janji kita, sayangku. Di kehidupan selanjutnya..."

You Might Also Like: 0895403292432 Jual Skincare Yang Cocok

0 Comments: